Selasa, 25 Juni 2013

sistem sosial budaya indonesia mengenai komunitas RT/RW

MAKALAH

SISTEM SOSIAL BUDAYA INDONESIA

Mengenai komunitas RT 04, RW O4 Ds. Mekarsari, Rangkasbitung, Banten

OLEH :

NAMA   :  DEDE SUPANDI

PRODI   : ILMU KOMUNIKASI

NIM : 12120013

SEKOLAH TINGGI ILMU SOSIAL DAN ILMU PILITIK WIDURI (STISIP)

JAKARTA

BAB I

PEMBAHASAN

Latar belakang desa mempunyai ciri atau karakteristik yang berbeda satu

sama lain, tergantung pada konteks ekologinya. Pengkajian masyarakat

pedesaan memberikan ciri atau karakteristik yang cenderung sama tentang

desa. Pada aspek politik, masyarakat desa cenderung berorientasi “ketokohan”,

artinya peran-peran politik desa pada umumnya ditanggungjawabkan atau

dipercayakan pada orang-orang yang ditokohkan dalam masyarakat.

Secara ekonomi, mata pencaharian masyarakat desa berorientasi pada

pertanian artinya sebagian besar masyarakat desa adalah petani. Sedangkan

dalam konteks religi-kultural masyarakat desa memiliki ciri nilai komunal yang

masih kuat dengan adanya guyub rukun, gotong royong dan nilai agama atau

religi yang masih kuat dengan adanya ajengan atau Kyai sebagai pemuka

Maksud dari penulisan makalah ini adalah untuk memaparkan kegiatan demi

kegiatan yang ada di kampung papanggo RT04/04 rangkasbitung, Banten.

Sekaligus untuk memenuhi syarat mengikuti Ujian Akhir Semester (UAS) mata

kuliah SOSIAL BUDAYA INDONESIA (SBI)

h) Demografi dan stratifikasi sosial

n) Kegiatan rekreasi dan olahraga

p) Nilai norma dan kebiasaan

r) Fasilitas dan organisasi kamtib

s) Masalah yang sering menonjol

t) Analisis dan penelitian masalah

BAB II

PEMBAHASAN

 Istilah komunitas dalam bahasa Inggris adalah community, yang berarti

masyarakat setempat. Menurut Koentjaraningrat, komunitas adalah suatu kesatuan

hidup manusia yang menempati suatu wilayah yang nyata dan berinteraksi secara

berkesinambungan sesuai dengan suatu sistem adat istiadat dan terikat oleh suatu

rasa identitas komunitas (community sentiment).

        Komunitas adalah kelompok sosial yang bertempat tinggal di lokasi tertentu,

memiliki kebudayaan dan sejarah yang sama, sehingga komunitas berarti juga

satuan pemikiran yang terkecil. Komunitas adalah istilah untuk menunjuk pada

warga sebuah desa, sekolah, RT, RW, kota dan suku atau bangsa.

         Dalam suatu komunitas, anggota-anggota komunitas baik itu besar

maupun yang kecil hidup bersama dan akan merasakan bahwa komunitasnya

dapat memenuhi kebutuhan/kepentingan hidup yang utama, karena kebutuhan

seseorang tidak akan dapat terpenuhi jika ia hidup sendiri maka diperlukan adanya

hubungan sosial antar anggota komunitas, disamping itu dalam suatu komunitas

harus terdapat perasaan diantara anggotanya bahwa mereka saling memerlukan,

saling tergantung dengan tujuan, kepentingan dan kebutuhan bersama.

Dalam pebahasan disini saya akan membahas tentang komunitas RT 1 dan 2

kp.papanggo, kec,rangkasbitung, Banten. Yang dimana kampung saya sendiri.

Kampung papanggo RT  04/04 merupakan bagian dari desa mekarsari

kecamatan Rangkasbitung, Lebak, Banten. Dan memiliki tetangga

Barat : kp.sena, kp. babakan saputera

Selatan : kp. pasir limus, kp. Banjarsari

Timur : kp. Kadungampar dan kp.kedaung

Utara : kp. Binaya dan kp.citeras

Kampung papanggo terdiri dari 2 RT, RT 1 berpenduduk lebih banyak dari

RT2 sekitar 55KK ±112 jiwa sedangkan RT 2 berpenduduk 33KK, ± 74

Nama kampung papanggo menurut mitos masyarakat setempat

di ambil dari nama seorang petani yang mati di atas papan selokan.

masyarakat setempat sering menyebut  cukang atau jembatan kecil.

Sampai saat ini masyarakat memakai nama itu untuk kampung ini .

Di daerah pedesaan di wilayah ini terdapat pengurus

desa yang dikepalai oleh seorang kepala desa yang sering

disebut jaro. Seorang jaro memimpin sebuah kejaroan (kelurahan).

seorang jaro  dibantu oleh pejabat-pejabat, yakni: carik (sekretaris jaro),

jagakersa (bagian keamanan), pancalang (pengantar surat), amil

(pemungut zakat dan pajak), merbot atau modin (pengurus masalah

keagamaan dan mesjid). Mengenai kepemimpinan di daerah ini bisa

di bilang masih primitif artinya siapa yang kuat dialah yang memimpin.

Contoh dalam pemilihan kepala desa pendidikan hanyalah sebatas

formalitas belaka. Memang pada dasarnya pendidikan wajib untuk

memenuhi syarat menjadi pemimpin daerah. Tapi nyatanya banyak yang

menjadi kepala desa yang latar belakangnya tidak bersekolah tetapi

bisa menjadi pemimpin desa. Karena pemimpin desa di sini mempunyai

relasi dan hubungan yang erat antar tokoh masyarakat yang berpengaruh

contohnya jawara (jagoan kampung), para ulama, kiyai, santri, dan aparat

d. Demografi dan stratifikasi sosial

Seorang Kyai dan jawara sangat di segani di banding seorang sarjana

di daerah ini. Orang yang menyandang gelar kiyai ataupun jawara lebih

di segani atau lebih di hormati. Kiyai dan jawara merupakan sumber

kepemimpinan tradisional informal, terutama masyarakat pedesaan.

Dalam masyarakat yang masih tradisional, sumber-sumber kewibawaan

pemimpin terletak pada: (1) pengetahuan (baik tentang agama dan

masalah keduniawian (2), kesaktian, (3), keturunan dan (4) sifat-sifat

Kyai mewakili kepemimpinan dalam bidang pengetahuan, khususnya

keagamaan. Sedangkan, jawara mewakili kepemimpinan berdasarkan

kriteria keberanian dan kekuatan fisik (kesaktian).

Kiyai dalam masyarakat di sini  adalah sebuah gelar tradisional yang di

berikan keorang terpelajar muslim yang telah membaktikan hidupnya

demi mencari ridha allah. Gelar kiyai dalam masyrakat ini yang terhomat

dalam arti lebih tinggi satu kelas di banding orang yang menyandang gelar

Kegiatan sosial biasa di lakukan atas kesadaran masyarakat salah

satunya membantu tetangga kampung yang sedang membangun mushola

atau mesjid. Dengan bergotong-royong meminta sumbangan ketiap rumah

dan dikumpulkan untuk di sumbangkan

Perekonomian masyarakat di daerah ini sebagian besar bertani. Mulai

dari menanam padi, cengkeh, lengkoas, sayuran, dan masih banyak lagi

Tetapi berbeda dengan kalangan elit seperti jawara, jaro (lurah), dan carik.

Selain mengandalkan gaji pokok utama yang diterapkan oleh pemerintah

sebagian dari mereka menguasi sebagian lahan seperti pabrik-pabrik,

perkebunan, tambang dan tempat wisata. Bagi mereka lahan-lahan seperti

itulah tambang perekonomiannya.

Dalam proses perpolitikan di desa ini pengaruh jawara sangat besar

mengapa demikian karena kalangan jawara terbilang kalangan elit dan

orang yang berpengaruh di lingkungan. Biasanya ketika ada pemilihan

komunitas jawara lebih aktif dalam dalam berkampanye dalam masyarakat

di banding dengan calonnya sendiri. Calon hanya menyuruh tangan

kanannya mendatangi masyarakat desa. Untuk memastikan siapakah

yang layak untuk di pilih. Dan hasilnya akan di laporkan kepada calon

Kegiatan seni budaya di daerah ini cukup dikenal khususnya di daerah

ini yaitu permainan debus. Permainan debus ini banyak dilakukan oleh

masyarakat setempat dari kalangan muda hingga kalangan tua banyak

yang meminati permainan ini

Di sini ada beberapa macam permainan debus, yakni debus almadad, surosowan dan langitan. Dinamakan debus al-madad (artinya

meminta bantuan atau pertolongan) karena para pemainnya setiap

kali melakukan aksinya selalu mengucapkan kata-kata al-madad, yang

seolah menggambarkan bahwa tindakan ini didasarkan atas pertolongan

dari Allah SWT. Debusal-madad merupakan debus yang paling berat

karena untuk melakukan permainan ini khalifahnya (pemimpin group)

harus melakukan amalan yang sangat panjang dan berat. Amalanamalan khalifah debus ini diambil dari tarekat Rifa’iyah atau Qodariyah.

Sehingga seseorang yang mendapat ijazah untuk menjadi khalifah dari

permainan debus ini adalah mereka yang telah dianggap mampu atau

lulus menempuh suatu perjalanan panjang dalam mengamalkan suatu

do’a-do’a tertentu, melaksanakan puasa dan meditasi lama.

Sedangkan, debus surosowan adalah permainan debus yang tidak

memerlukan kemampuan yang tinggi. Karena itu, permainan debus ini

bisa dilakukan oleh para remaja. Nama “surosowan” berkaitan dengan

nama istana Kesultanan Banten. Nampaknya semenjak awal debus ini

memang ditujukan untuk pertunjukan di Istana Surosowan pada masa

Kesultanan Banten bukan untuk mendapatkan kesaktian. Hal ini berbeda

dengan debus al-madad yang selain dipergunakan untuk pertunjukan juga

dipergunakan untuk kesaktian atau pengobatan. Adapun, debus langitan

adalah pertunjukan debus yang mempergunakan anak-anak remaja yang

dijadikan obyek sasaran benda-benda tajam tanpa yang bersangkutan

merasa sakit atau menderita luka-luka. Permainan debus langitan ini

pun nampaknya ditujukan hanya untuk permainan belaka, bukan untuk

mendapatkan kekebalan tubuh atau kesaktian.

Kegiatan keagamaan sering di lakukan mulai dari acara pengajian

harian , mingguan bahkan tahunan. Pengajian mingguan biasa setiap

malam jumat dan malam selasa (yasinan), kegiatan itu sebagai rutinitas

masyarakat kampung papanggo yang di laksanakan di madrasah (bale).

j. Kegiatan rekreasi dan olahraga

Kegiatan olahraga di adakan setiap setahun sekali. Masyarakat sekitar

sering menyebut lomba agustusan. Dari mulai pertandingan sepak bola

antar RT, catur, volly, kegiatan ini biasa di panitiai dan di danai oleh orangorang desa (kelurahan).

Paguyuban di kampung ini bukanlah seperti paguyuban-paguyuban di

daerah lain perkumpulannya orang-orang yang berbeda etnik.  paguyuban

disini justru lebih ke sosial keagamaan dan lebih banyak di pergunakan

oleh kalangan ulama santri dan kiyai. seperti paguyuban Nahdlatul ulama

(NU), al-khaeriyah, mathla’ul anwar, dan masyarikul Anwar.

masyarakat kampung papanggo merupakan mayoritas penduduk asli

(pribumi) bukan rantauan. Sekalipun ada mereka di anggap bukanlah

siapa-siapa melainkan saudara. Kampung ini membuka pintu lebar-lebar

untuk orang yang non papanggo yang menetap di sini.

Di daerah ini masyarakat mempunyai kebiasaan yang mempunyai

nilai tersendiri contohnya jika ada orang yang melahirkan biasanya si bayi

tidak di perbolehkan dibawa keluar rumah selama 14 hari atau 2 minggu.

Tidak tahu kenpa sampai saat ini kebisaan itu masih kerap dilakukan oleh

Tingkat kriminal sering menjadi topik hangat di daerah ini mengapa

demikian karena kebanyakan di daerah ini tingkat kriminal lebih banyak di

alam oleh kalangan pelajar di banding kalangan orang-orang dewasa.

Mengenai fasilitas lingkungan masyarakat sekitar berinisiatif sendiri

entah itu dari pengamanan seperti membuat pos kampling dan membuat

jadwal ronda yang di ketuai oleh ketua RT

o. Analisis dan pembahasan masalah yang menonjol

Dalam pembahasan di atas permasalahan-permaslahan itu lebih condong

kepada orang-orang yang berpengaruh seperti jaro (kades) carik(wakil

Adapun hal yang lainnya mengenai permasalahan di kampung ini adalah

tingginya angka pengangguran dikarenakan terbatasnya pendidikan

mayoritas masyarakat disini hanya menyandang pendidikan SMP bahkan

masih banyak pula yang tidak bersekolah.

BAB III

PENUTUP

Berdasarkan penelitian di atas dapat disimpulkan, bahwa adanya

kedudukan, peran dan jaringan tersendiri yang agak berbeda dengan

kultur dominan masyarakat, sehingga perbedaan kelas tidak hanya

menggambarkan suatu sosok tetapi juga telah menjadi kelompok yang

memiliki nilai, norma dan pandangan hidup yang khas.

Demikian yang dapat saya paparkan mengenai materi yang menjadi

pokok bahasan dalam makalah ini. Tentunya masih banyak kekurangan dan

kelemahannya. Karena terbatasnya pengetahuan dan kurangan dan rujukan

atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.

Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman memberikan

kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya

makalah ini dan penulisan makalah ini dikesempatan-kesempatan berikutnya.

Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para

pembaca yang budiman pada umumnya

Sumber :  http://www.ditpertais.net/istiqro/ist02-04b.asp

: Ketua RT 04 ds. Mekarsari, Rangkasbitung, Lebak, Banten.

: warga sekitar perkampungan dan tetangga rumah

Ambary, Hasan Ambary dan Halwany Michrob, “Bandar Banten, Penduduk

dan Golongan Masyarakatnya: Kajian Historis dan Arkeologis serta Prospek

Masyarakat Banten ke Masa Depan,” dalam Makalah pada Simposium

Internasional Kedudukan dan Peranan Bandar Banten dalam Perdagangan

Internasional, Gedung DPRD Serang, 9 Oktober 1995.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar